cinta kami ada dalam secangkir kopi, sepotong coklat, dan di blog ini..

Thursday 21 January 2016

Misteri Demam Si Bungsu (II)

melanjutkan Sabtu 16 Januari 2016
Sampe rumah obatnya langsung saya minumkan karena Akis luar biasa rewel. Kecuali sirup antibiotik karena saya yakin Akis tidak butuh antibiotik. Sebenarnya obat yang lain selain parasetamol pun saya yakin dalam kondisi saat ini belum dibutuhkan. Tapi karena sudah dijadikan puyer saya kan tidak bisa milih-milih.  

Oh iya, Akis juga ditempeli gel penurun panas oleh bidan. Waktu itu sebenarnya saya sudah tanya bukankah prinsip penanganan demam adalah dikompres dengan air hangat, kenapa dikasih gel yang dingin. Tapi kata beliau kalo air iya harus hangat, tapi gel beda dengan air. Gel justru kebalikannya : harus dingin.

Iya tentang gel penurun panas itu sebenarnya saya masih ragu-ragu, sama seperti puyer yang akhirnya saya minumkan. Tapi memang saya panik. Mungkin lain kali kalo saya merasa tidak enak untuk menolak obat, saya minta obatnya tidak dicampur jadi satu. Sendiri-sendiri aja, jadi kalo cuma yakin butuh salah satu, yang lain tidak perlu diminumkan.

NB : jangan meniru saya ya. Lebih baik jadi pasien yang kritis. Bukan manut tapi palsu seperti saya. Ah, ini karena rasa pakewuh saya yang tinggi. Ini juga karena saya yakin bu bidan sungguh berniat baik dan ingin memberikan yang terbaik untuk anak saya.

Setelah minum obat dan saya susui, Akis masih rewel, tapi cuma sebentar. Setelah digendong dan diayun-ayun Ayahnya dia pun tidur pulas. Hanya terbangun 2 kali untuk minta ASI.

Karena saya capek sekali, akhirnya niat mau browsing tentang kegunaan dan efek samping obat-obatan dalam puyer tadi pun ikut terlelap bersama saya.

Minggu, 17 Januari 2016
Paginya si bungsu bangun dengan ceria meski males-malesan dikit. Suhunya 38,1. Oke lah masih belum normal. Tapi obat sudah saya stop.

Semakin siang suhu semakin naik. Pukul 13.00 sudah mencapai 38,3 dercel. Semakin sore semakin tinggi. Lagi-lagi setelah maghrib suhu sudah nangkring di 39,6 dercel lagi. Hmm... Rewel pun semakin menjadi.

Obat saya jublakin lagi karena tak tega melihat kerewelannya.

Setelah minum obat, masalah baru muncul : tidak mau disusui! Alamak. Kalo biasanya menyusui adalah penenang di saat rewel, sekarang tambah rewel karena dia pingin nyusu tapi ogah karena seperti trauma dengan obat.

Saking capeknya nangis dan badan yang ditegang-tegangkan, dia tidur karena kecapekan.

Ahh saya sedih luar biasa.

Sampe di sini saya jadi ragu-ragu, benarkah demamnya karena teething? Selama ini kah demam karena mau tumbuh gigi?

Saya perhatikan ruamnya. Mungkinkah dia kena roseola? Tapi karakteristik roseola adalah ruam muncul ketika demam sudah turun. Berarti bukan roseola. 

Rubella? Bisa jadi. Karena ruam timbul saat masih demam. Tapi salah satu ciri rubella adalah ruamnya merata, dan umumnya demam tidak terlalu tinggi. Si Akis ruam hanya di wajah dan sebagian kecil tangan saja.

Atau campak?? Campak ditandai dengan demam tinggi, batuk pilek, sensitif terhadap cahaya atau fotofobia, konjungtivitas. Akis punya ciri kedua : selama demam dia sering mengedip-kedipkan mata tanpa kita tahu alasan jelasnya. Bisa jadi ini yang dimaksud fotofobia, mudah silau terhadap cahaya. Selain itu ruam muncul di saat demam masih tinggi. Ruam muncul di dahi dan wajah. Persis Akis ini mah!

Tapi masak iya umur 8 bulan campak? Lagian dia ga batuk pilek. Dia juga demam tinggi hanya ketika malam hari. Jadi apa donggg?? Hadeehh sungguh misteri.

to be continued ...

0 comments:

Post a Comment

Powered by Blogger.
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

© 2011 Everything is Beautiful, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena